Oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat : Prof Dr. Trianti Nugraheni, M.Si dan Prof. Dr. Tati Narawati, M.Hum.
Program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik para guru seni. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang dilakukan, berikut adalah temuan dan pembahasan terkait pelaksanaan program ini yang memberikan dampak positif bagi pendidikan seni, baik bagi guru maupun siswa di SIDH.
1. Peningkatan Kompetensi Guru
Pelatihan yang diselenggarakan dalam program ini berhasil meningkatkan kompetensi pedagogis dan profesional guru seni. Guru-guru di SIDH kini mampu menyusun bahan ajar yang lebih kreatif, sesuai dengan konteks budaya Nusantara. Mereka juga lebih terbuka terhadap penggunaan berbagai media pembelajaran yang mendukung pendekatan berbasis budaya. Sebagai contoh, pelatihan yang berbasis lesson study memberikan pemahaman yang lebih dalam bagi guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran seni secara efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2022) yang menyatakan bahwa pelatihan berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran secara lebih efektif.
2. Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya Nusantara
Salah satu tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk mengintegrasikan seni Nusantara ke dalam kurikulum di SIDH. Pembelajaran berbasis budaya lokal Indonesia tidak hanya memperkenalkan berbagai tradisi dan teknik seni Indonesia, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggali identitas budaya mereka sendiri. Dengan pendekatan project-based learning, siswa diberi kebebasan untuk berkreasi melalui karya seni seperti tari Jaipong, Ketuk Tilu, dan Pencak Silat. Penelitian oleh Rizky (2021) menunjukkan bahwa pembelajaran seni berbasis budaya lokal dapat memperkaya identitas budaya siswa, terutama bagi mereka yang berada di luar negeri.
3. Keterbatasan Waktu Pembelajaran
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini adalah keterbatasan waktu untuk mempelajari seluruh aspek seni, baik seni tari, musik, maupun rupa. Di SIDH, waktu untuk pembelajaran seni terbatas karena adanya keterbatasan dalam kegiatan intrakurikuler. Namun, hal ini diatasi dengan memberikan pembelajaran tambahan melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang memberi kesempatan lebih bagi siswa untuk berlatih dan mengembangkan karya seni mereka. Penelitian Setiawan (2019) juga menekankan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler dalam mendukung penguatan kompetensi seni siswa, terutama dalam kurikulum seni yang terintegrasi di sekolah.
4. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kunjungan
Untuk memperkaya pengalaman belajar, siswa di SIDH dilibatkan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler terkait seni. Salah satunya adalah kunjungan ke sanggar seni dan pameran seni di Belanda. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat seni budaya Indonesia dari perspektif global dan memperluas wawasan mereka mengenai keberagaman seni budaya Indonesia. Kunjungan ini juga memperkaya pemahaman siswa tentang peran seni dalam kehidupan sosial dan budaya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardi (2020).
5. Tampilan dan Keterampilan Siswa
Setelah mengikuti pelatihan dan kegiatan ekstrakurikuler, siswa menunjukkan perkembangan signifikan dalam keterampilan seni tari mereka. Sebagai contoh, siswa SMP berhasil menciptakan tari kreasi yang diberi nama “Gantari,” yang terinspirasi dari tari Jaipong dan Ketuk Tilu. Tari ini dipersembahkan dalam acara penamatan sekolah dan festival seni di Belanda. Ini menunjukkan bahwa program pelatihan ini mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam berkreasi dan berkarya seni. Penelitian Azhari dan Purnama (2020) menyatakan bahwa metode pembelajaran berbasis proyek dapat memfasilitasi ekspresi kreatif siswa dalam berkarya seni.
6. Pengembangan Karakter dan Identitas Budaya
Selain kompetensi seni, program ini juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan karakter serta identitas budaya Indonesia di luar negeri. Pembelajaran seni berbasis budaya Nusantara memberi siswa kesempatan untuk lebih mengenal dan menghargai warisan budaya Indonesia. Hal ini turut berkontribusi pada pengembangan karakter siswa dan penguatan identitas budaya mereka sebagai warga negara Indonesia. Penelitian Widodo (2021) menunjukkan bahwa pembelajaran seni berfungsi sebagai alat pembentukan karakter dan penguatan identitas budaya bangsa, terutama bagi siswa yang berada di luar negeri.
Kesimpulan
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini berhasil memberikan dampak positif yang signifikan dalam pengembangan kompetensi guru seni di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH). Dengan pendekatan berbasis lesson study yang inovatif, pelatihan ini mampu meningkatkan pemahaman guru tentang seni Nusantara dan memperkenalkan berbagai model pembelajaran yang kreatif. Keberlanjutan program ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan kualitas pendidikan seni di sekolah luar negeri dan lebih mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada para siswa.